Minggu, 02 Maret 2008

Virus Merah Jambu

Di mana aja, kapan aja, dan siapa aja dijamin nggak akan bisa lolos dari

serangan virus yang satu ini. Bukan DBD, Flu Bu-rung, atau Worm. Tapi virus yang

kekuatannya bisa bikin sang pejuang mati-matian ngapalin lagu melankolis First

Love-nya Nika Costa atau Shoulder to Cry On-nya Tommy Page. Meski nilai bahasa

Inggris di raport-nya delapan ngakak alias 3! Pede banget kan?

Virus yang dikenal dengan julukan virus merah jambu (VMJ) pembangkit rasa

cinta ini kagak ada matinya. Malah mungkin kita berharap nggak mati-mati. Coz,

hidup kita bakal terasa garing bin monoton tanpa kehadiran cinta. Baik cinta

kepada yang Maha Pencipta maupun kepada lawan jenis. Ali bin Abdah berkata, “tak

mungkin seseorang menghindar dari cinta, kecuali orang yang kasar perangainya,

kurang waras, atau tidak mempunyai gairah.” Maka berbahagialah orang-orang yang

masih bisa mencintai dan dicintai. Ciee….Aa Gym banget neh!

Bener sobat, nggak lengkap rasanya jadi manusia kalo kita nggak bisa mencintai

dan dicintai. Karena ini fitrah. Jadi wajar aja kalo virus ini merajalela

mencari mangsa di setiap kesempatan. Maka di kalangan selebritis dikenal istilah

‘cilok’ alias cinta lokasi. Sebutan untuk pasangan seleb yang terlibat jalinan

asmara karena sering ketemu di lokasi syuting.

Ssttt….jangan bilang-bilang ya. Ternyata di kalangan aktivis dakwah juga ada

‘cilok’ lho. Hah?! Masa’ sih? Beneran. Cuma di kalangan jilbaber en jenggot

simpatik ini, ‘cilok’ berubah menjadi ‘CBSA’. Mentang-mentang mayoritas pelajar.

Do you know CBSA? Ini nih: Cinta Bersemi Saat Aktif. (ehm..ehm..KLBK euy!) Tapi

jangan salah, meski ‘Cilok’ dan ‘CBSA’ sama-sama mengandung unsur cinta, tapi

keduanya tetep beda. Kalo ‘CBSA’, lebih terjaga dari kontaminasi. Sementara

‘cilok’ lebih kepada cinta yang ternodai. Ups!

So, kalo kamu pengen tahu lebih banyak tentang CBSA, kamu bisa tanya guru SD

masing-masing. Tapi, kalo penasaran ama ‘CBSA’, kamu dah bener kalo baca Studia

kali ini. Yuuuuk!

ROMANTIKA AKTIVIS DAKWAH

Sobat muda muslim, kalo mengamati pergaulan para aktivis dakwah mungkin ada

beberapa pertanyaan yang mampir di benak kita. Apalagi keseharian mereka yang

gaul ama sesamanya. Cewek ama cewek. Cowok ama cowok. Kesannya antilawan jenis

banget. Apa mereka steril dari rasa cinta? Apa yang ada dalam benak mereka cuma

dakwah doang? Apa menjadi aktivis dakwah kudu punya antivirus untuk menghadang

VMJ? Apa-apanya dong…eh, kok jadi lagu sih?

Nggak usah dibikin pusing, sampe nyanyiin lagu Nek Titik Puspa gitu. Para

aktivis dakwah itu sama aja kayak kita. Sejenis manusia yang punya rasa cinta.

Cuma bedanya, mereka nggak show of forces untuk urusan ini. Apalagi sampe

deklarasi segala di acara reality show Katakan Cinta atau Playboy Kabel. Nggak

lah yauw. Mereka punya prinsip yang bagi sebagian orang terdengar ‘aneh’ dalam

hal pengungkapan rasa cinta. Anti-pacaran en nggak phobi ama nikah dini. Catet

ya!

Nah, masalahnya, kita sering bertanya-tanya, gimana mungkin bisa terjalin rasa

cinta di antara mereka kalo mereka sendiri anti-gaul bebas. Bukankah gaul bebas

itu terbukti menjadi media subur untuk memupuk rasa cinta kepada lawan jenis?

Eit, jangan salah. Nggak gaul bebas bukan berarti nggak berinteraksi dengan

lawan jenis. Emangnya penghuni dunia dakwah cuma satu jenis? Tetep, aktivitas

dakwah juga mengharuskan mereka berhubungan dengan lawan jenis. Apalagi yang

tergabung dalam sebuah organisasi. Kudu ada konsolidasi dakwah. Inget-inget tuh!

Sebagai aktivis dakwah, tentu konsolidasi itu mengharuskan pihak ikhwan (muslim)

menjalin kerjasama dengan para anggota ‘diva’ alias divisi akhwat (muslimah).

Saling tukar informasi. Rapat bulanan untuk evaluasi kinerja dakwah sekaligus

planning untuk masa mendatang. Sampe tergabung dalam kepanitiaan acara. Dan

nggak mungkin kegiatan kayak di atas dilakukan tanpa adanya pertemuan. Walau

mungkin rapat bisa aja pake fasilitas teleconference. Tapi itu pasti bakal

menyedot banyak biaya. Bisa-bisa acaranya nggak jadi digelar gara-gara nggak ada

biaya. Berabe kan?

Nah, dari seringnya pertemuan itulah bisa menyita perhatian khusus antar

aktivis. Meski nggak terungkap, VMJ tengah mengamati mangsa yang hendak diburu.

Satu sama lain saling menyimpan rasa kagum. Dari sinilah tumbuh perasaan

simpati, empati, yang seterusnya bisa bikin jatuh hati. Walau hanya tersimpan

rapi dalam diary atau menghiasi relung hati. Intinya, malu-malu tapi mau!

Proses tumbuh dan mewabahnya VMJ di kalangan aktivis, nggak jauh beda dengan

‘cilok’ ala seleb. Cinta bersemi saat aktif dalam dakwah. Makanya kita nggak

usah ragu bin worried untuk jadi seorang aktivis dakwah. Pergaulan mereka yang

terkesan anti-lawan jenis, hanya salah satu cara buat nunjukkin kalo Islam juga

punya aturan maen dalam pergaulan. Justru kita kudu bangga jadi aktivis. Karena

untuk urusan jodoh, Allah bakal ngasih pasangan hidup yang ‘qualified’ buat para

aktivis pengemban dakwah yang istiqomah.

Firman Allah Swt:

“Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang

keji adalah untuk wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita yang baik adalah

untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita

yang (baik) pula.” (QS an-Nûr [21]: 26)

MENGENDALIKAN RASA CINTA

Sobat muda muslim, nggak salah kalo cinta bisa mendera siapa aja. Termasuk para

aktivis dakwah. Tapi tetep kita kudu waspada ama VMJ ini. Soalnya orang bisa

berubah karena kasmaran. Yang pasti nggak berubah jadi Ksatria Baja Hitam. Tapi

perubahan yang lambat laun nampak dalam diri kita. Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyah

dalam bukunya Raudhah al-Muhibbin wa Nuzhah al-Musytaqin menuliskan komentar

sejumlah orang tentang pengaruh cinta dalam kehidupan seseorang.

Di antaranya sebagai berikut: “Cinta itu bisa menyucikan akal, mengenyahkan

kekhawatiran, mendorong untuk berpakaian rapi, makan yang baik-baik, memelihara

akhlak yang mulia, membangkitkan semangat, mengenakan wewangian, memperhatikan

pergaulan yang baik, serta menjaga adab dan kepribadian. Tapi cinta juga

merupakan ujian bagi orang-orang yang shaleh dan cobaan bagi yang ahli ibadah”.

Nah, lho? Ternyata cinta bukan cuma Anugerah Terindah yang Pernah Kumiliki

seperti kata Sheila On Tujuh. Tapi juga merupakan ujian sekaligus cobaan buat

orang shaleh, ahli ibadah, termasuk aktivis dakwah. Kok bisa? Iya, karena cinta

nggak cuma bisa mengubah penampilan aja. Dia juga bisa membelokkan niat yang

udah lurus. Komitmen dakwah bisa berubah. Aktivitas dakwah yang awalnya

diniatkan untuk mendapat ridho Allah bisa terkontaminasi saat VMJ meradang. Ini

yang kudu diwaspadai.

Tentu kita nggak pengen dong, aktivitas dakwah kita yang mulia jadi kacau-beliau

gara-gara kita terpana pesona cinta. Makanya kita kudu pandai mengendalikan rasa

itu. Seperti kata dokter, mencegah lebih baik daripada mengobati. Untuk urusan

cinta juga sama. Lebih baik kita mencegah aktivitas yang bikin VMJ meradang. Ada

dua hal yang bisa kita jalanin sebagai langkah pencegahan (kayak 3M DBD aja

neh!).

Pertama, dari dalam diri kita. Di sini kita kuatkan benteng pertahanan dari

serangan rasa cinta yang membabi buta. Caranya, rajin puasa sunat. Rasulullah

menganjurkan pemuda-pemudi untuk berpuasa sebagai satu perisai takwa. Perbanyak

membaca al-Qur’an, shalat tahajjud, dan berdzikir kepada Allah saat godaan itu

datang. Perbanyak juga doa kita kepada Allah. Minta kepada-Nya biar kita

dijauhin dari perbuatan yang haram, minta juga kepada-Nya biar kita dikasih

jodoh yang qualified dunia-akhirat. Mau dong?

Kedua, dari luar diri kita. Ini juga nggak kalah pentingnya. Faktor ling-kungan

gampang banget meluluhlantakkan pertahanan yang kita bangun. Itu sebabnya, kita

kudu bisa menata lingkungan sekitar kita. Misalnya, memini-malisasi pertemuan

dan komunikasi dengan lawan jenis. Walau itu untuk konsolidasi dakwah. Sorry,

bukannya mo ngerecokin, cuma kita khawatir, jiwa muda kita tak kuasa meredam

gejolak rasa cinta itu. Kita juga bisa gaul ama temen-teman yang bisanya nggak

cuma manas-manasin doang. Tapi mampu membantu kita menjaga izzah alias harga

diri. Sehingga kita bisa belajar menundukkan pandangan. Baik terhadap para

‘macan’ (makhluk cantik) mau pun terhadap media ‘syerem’ yang bisa memacu

adrenalin kita.

Kita kudu nyadar kalo seorang aktivis dakwah sering jadi panutan dan teladan

bagi orang lain. Nggak cuma Allah yang mengawasi tiap omongan ama tingkah

lakunya, tapi juga umat. Gimana jadinya kalo pas ngisi pengajian begitu

bersemangat bilang pacaran itu haram. Tapi, pas doi lagi kasmaran, perilakunya

nggak beda ama aktivis pacaran. Apalagi pake ngeles dengan istilah ‘pacaran

islami’. Idiih…malu ama umat tuh! Firman Allah Swt: “Amat besar kebencian di

sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan. (QS ash-Shaf

[61]: 3)

MENENTUKAN PRIORITAS

Sobat muda muslim, kalo kamu udah bisa atau minimal lagi belajar mengendalikan

rasa cinta, sekarang kamu udah pantes buat belajar menentukan prioritas. Karena

untuk urusan ekspresi cinta, Islam cuma mengatur dua tahap. Khitbah dan nikah.

Nggak ada lagi. Masalahnya, kadang para aktivis dakwah yang mayoritas pelajar

terbentur dengan banyak hal sampe kerepotan memilih satu di antara dua pilihan

itu. Kalo pun ada yang berani, lebih didominasi faktor emosi. Bisa jadi was-was

sang target ‘disamber’ duluan ama yang laen (Emangnya bis kota maen serobot?)

tp bisa jadi

Kalo mau khitbah dulu, kecil kemungkinan bisa bertahan sampe kamu lulus sekolah

atau kuliah terus dapet kerja. Bawaannya pasti pengen segera ijab qabul.

Padahal, segala kebutuhan keuangan masih disubsidi penuh ama ortu. Bakal berabe

ke depannya. Perhatian kamu bakal terpecah. Antara beresin kuliah atau matengin

rencana nikah. Bisa-bisa nggak optimal dua-duanya. Padahal kehidupan rumah

tangga bakal menuntut suami untuk mencari nafkah materi. Nggak cuma bermodalkan

cinta. Sementara ijazah pendidikan pun adakalanya punya peranan bagi sang suami

demi mem-peroleh nafkah.

Nah, kalo udah gini bagusnya kita pusatkan perhatian pada aktivitas tholabul

‘ilmi yang lagi digeluti. Biar masa depan juga terbingkai dengan rapi. Tapi,

bukan berarti kita ngelarang kamu mikirin soal nikah lho. Nggak. Silakan aja

kalo kamu mau mulai mempelajari soal pernikahan lebih dalam. Karena terpancing

ama senior yang bilang nikah itu nikmat, indah dan ibadah, misalnya. Tapi kamu

kudu siap hadapi risiko yang bakal menyedot perhatian kamu. Berani ambil risiko?

Pikirkan dengan mateng! Insya allah

Oke deh sobat. Kita percaya kamu-kamu bisa mengambil pilihan dengan bijak.

Jangan sampe CBSA bikin aktivitas dakwah kamu kendor. Catet, sekali lagi kita

ngingetin, dakwah itu untuk mendapat ridho Ilahi. Bukan karena orang yang

dikasihi. Dan jangan takut keduluan, karena jodoh masing-masing nggak akan

kelayapan. Oke? Tetap semangat! AllahuAkbar....!!!!!!!

Rohman dari berbagai sumber

Tidak ada komentar: