Selasa, 25 Maret 2008

Menyikap Hakekat Dai Kondang


Contoh yang paling menonjol (dalam hal ini) adalah orang Khawarij yang membunuh Ali bin Abi Thalib yaitu Abdurrahman bin Muljam al-Murodi. Orang ini telah mendapatkan pujian dari sahabat Rasulullah. Saya akan membacakan kepada anda ucapan imam Adz-Dzahabi tentang Abdurrahman bin Muljam dan juga ucapan Ibnu Hajar . Imam Adz-Dzahabi berkata dalam kitabnya al-Mizan : (Lihat “Mizanul I’tidal” oleh Imam Adz-Dzahabi Juz 4 hal 320 cet. Darul Kutub Ilmiyyah. (pent) Dia adalah seorang ahli ibadah, taat kepada Allah, akan tetapi akhir hayatnya ditutup dengan kejelekan. Dialah yang membunuh Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib guna mendekatkan diri kepada Allah menurut prasangkaanya, maka orang ini pun dipotong kedua tangan dan kakinya serta lisannya, dan dicungkil kedua matanya lalu dibakar -semoga Allah menganugerahkan kepada kita keselamatan dan kebaikan-.
Mengungkap hakekat dan jati diri dai-dai kondang : Awad al-Qorni, A'id al-Qorni, Salman al-Audah, Safar Hawali

Segala puji bagi Allah, kami memuji-Nya, meminta pertolongan dan memohon ampunan serta bertobat kepada-Nya. Kami berlindung kepada Allah dari kejelekan-kejelekan diri dan perbuatan kami. Barangsiapa yang Allah beri petunjuk maka tidak ada seorangpun yang bisa menyesatkannya. Dan barangsiapa yang Dia sesatkan maka tidak ada yang dapat memberinya petunjuk. Saya bersaksi bahwa tidak ada yang berhak disembah dengan benar kecuali Allah saja tidak ada sekutu bagi-Nya, dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya. Amma ba’du :
Tema pengajian hari ini adalah menyingkap keplin-planan dai-dai kondang sekaligus meluruskan persepsi (sebagian orang). Disini saya akan membawakan serta menjelaskan beberapa hal yang berkaitan dengan sikap dan jati diri dai-dai tersebut pada tahun ini dan sebelumnya. Demi Allah, hal ini bukan bertujuan untuk memuaskan hawa nafsu terhadap mereka, tidak. Akan tetapi tujuan dan maksud kita memaparkan keplin-planan mereka agar kita mengerti hakekat mereka sebenarnya, lalu kita menunjukkan sikap (terhadap mereka ini) sehingga terlepas tanggung jawab kita dihadapan Allah . Sebelum saya mulai menyebutkan sikap-sikap dan ucapan mereka yang bertolak belakang, saya akan menjelaskan 4 hal penting, yaitu :
1. Kebanyakan orang menyangka bahwa setiap perbuatan / perkataan yang dapat memudharatkan serta mengganggu orang-orang kafir itu di syari’atkan dan diperintahkan dalam syari’at Islam secara mutlak. Padahal persepsi dan pendapat diatas ini salah, karena boleh jadi sesuatu itu memudharatkan orang-orang kafir akan tetapi kadang hal tersebut dilarang untuk kita melakukannya dan kadang juga kita diwajibkan melakukannya. Semua itu harus berlandaskan kepada dalil-dalil syariat (al-Qur’an dan Sunnah serta pemahaman salafus shalih) dan harus ditimbang kembali maslahat dan mafsadahnya bagi kaum muslimin. Contohnya kisah hijrah Nabi dari Makkah ke Madinah, telah kita ketahui bersama bahwa Nabi dan para sahabatnya berhijrah dari Makkah ke Madinah, mereka tinggalkan kota Makkah untuk ditempati orang-orang kafir, hal ini membuat orang-orang kafir tersebut bergembira karena mereka bisa dengan leluasa hidup/tinggal dibumi Makkah tersebut. Hal seperti ini juga bisa kita gambarkan pada zaman ini, kita dapatkan/saksikan kaum muslimin dalam keadaan lemah disebagian negara atau kita dapatkan mereka dalam keadaan kokoh tapi datang orang-orang kafir lalu mereka menguasai negara (kaum Muslimin) dan menjajah mereka. Dalam keadaan seperti ini seorang Muslim tidak dapat menampakkan agamanya, oleh karena itu wajib baginya secara syariat untuk berhijrah dari negerinya menuju ketempat/negeri yang aman yang dia bisa menampakkan agamanya. Hal ini sesuai dengan al-Qur’an dan Sunnah serta Ijma’.Adapun dari al-Qur’an, firman Alalh :
“Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan malaikat dalam keadaan menganiaya diri sendiri (kepada mereka) malaikat bertanya: “Dalam keadaan bagaimana kamu ini? “mereka menjawab: “Adalah kami orang-orang yang tertindas dinegeri (Makkah)”. Para malaikat berkata: “Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah dibumi itu?”. orang-orang itu tempatnya neraka jahanam, dan jahanam itu seburuk-buruk tempat kembali” (An-Nisa’ : 97)
Adapun dari sunnah, apa yang diriwayatkan oleh Nasa’i dan selainnya dari hadits Bahz bin Hakim dari ayahnya dari kakeknya, sesungguhnya Nabi bersabda :
“Allah tidak menerima amalan orang musyrik setelah dia masuk Islam hingga dia mau berhijrah ketempat kaum muslimin”
Adapun ijma’ ahli ilmu maka telah dibawakan oleh imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya dan al-’Aini dalam “Umdatul Qori” bahwasanya bagi seorang muslim jika dia lemah dalam menampakkan agamanya disuatu negeri (maka dia wajib) untuk berhijrah dari negerinya tersebut menuju ke negeri yang ia dapat menampakkan agamanya.Coba perhatikan (wahai saudaraku) sesungguhnya hijrahnya seorang muslim terkadang ada maslahatnya bagi orang-orang kafir, walaupun demikian hal ini diwajibkan kepada kaum muslimin secara ijma’.
Diantaranya lagi yang menunjukkan kesalahan kaidah / persepsi diatas adalah riwayat yang termaktub dalam shahih Bukhari dari hadits Misfar bin Makhromah dan shahih Muslim dari hadits Anas dan selainnya bahwa Nabi menulis perjanjian dan perdamaian dengan orang-orang kafir Quraisy, diantara poin perjanjian tersebut adalah :
“Sesungguhnya orang yang datang kepada Nabi dalam keadaan muslim dari kalangan orang-orang kafir maka wajib untuk dikembalikan kepada mereka dan sebaliknya jika ada yang datang kepada mereka (orang-orang kafir) dari golongan muslim maka diterima (dan tidak dikembalikan)”.
Siapa saja yang membaca perjanjian ini maka (secara sepintas pent.) dia akan mengatakan bahwa ini adalah suatu kecurangan atau kelemahan. Oleh karena itu kebanyakan para sahabat (pada waktu itu) tidak bisa menerima perjanjian tersebut, akan tetapi Nabi bersikukuh terhadap perjanjian diatas meskipun pada dhahirnya menguntungkan orang-orang kafir.
Pahamilah dengan baik -wahai saudaraku muslim- bahwa sesuatu (perbuatan) yang memudharatkan orang-orang kafir tidak selamanya diperintahkan secara syari’at akan tetapi harus dilihat dalil-dalil syari’at ini. Sebagian orang ketika terjadi peledakan (WTC) pada 11 September terutama para pemuda yang semangatnya berkobar - kobar mereka mengatakan : “Ini suatu perbuatan baik dan terpuji”. Jika mereka ditanya mengapa? Mereka menjawab : “Karena hal tersebut (peledakan WTC) memudharatkan orang kafir dan kita dengan peledakan ini bisa mengusik ketenangan Bush atau yang lainnya dari kalangan orang-orang kafir”. Ini sebenarnya suatu kesalahan besar, benar kita bisa mengganggu mereka tapi kita juga telah menyelisihi agama Nabi Muhammad dan kita juga menyebabkan kerusakan dan mudharat yang lebih besar lagi bagi kaum muslimin serta menyebabkan ditumpahkannya darah kaum muslimin. (Seperti yang kita saksikan di Afghanistan, Irak dll. Mereka dengan leluasa dijajah dan ditumpahkan darah mereka, serta dirampas tanah dan dirobek-robek harkat dan martabat mereka. Lihat “Fatawa al-Aimmah fin Nawazil al-Mudlahimmah” oleh Syaikh Muhammad bin Husein bin Sa’id Ali Sufron al-Qohthoni. (pent)
2. Pujian ulama terhadap seseorang serta pemberian rekomendasi kepadanya tidak secara mutlak menunjukkan bahwa orang tersebut terpuji atau baik. Terlebih lagi setelah berlalunya waktu (dia berubah seperti yang kita temui dalam realita kehidupan ini -pent.) Atau juga jika orang tersebut memiliki kebaikan-kebaikan tidaklah mencegah (orang alim -pent.) untuk membicarakan (kesalahan atau kesesatannya) dan sekaligus memperingatkan (umat) darinya, walaupun (ada orang yang beralasan) dia telah mendapat tazkiyah atau rekomendasi dari para ulama atau dengan alasan : dia kan juga memiliki kebaikan-kebaikan atau jasa. Contoh yang paling menonjol (dalam hal ini) adalah orang Khawarij yang membunuh Ali bin Abi Thalib yaitu Abdurrahman bin Muljam al-Murodi. Orang ini telah mendapatkan pujian dari sahabat Rasulullah. Saya akan membacakan kepada anda ucapan imam Adz-Dzahabi tentang Abdurrahman bin Muljam dan juga ucapan Ibnu Hajar .Imam Adz-Dzahabi berkata dalam kitabnya al-Mizan : (Lihat “Mizanul I’tidal” oleh Imam Adz-Dzahabi Juz 4 hal 320 cet. Darul Kutub Ilmiyyah. (pent)
Dia adalah seorang ahli ibadah, taat kepada Allah, akan tetapi akhir hayatnya ditutup dengan kejelekan. Dialah yang membunuh Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib guna mendekatkan diri kepada Allah menurut prasangkaanya, maka orang ini pun dipotong kedua tangan dan kakinya serta lisannya, dan dicungkil kedua matanya lalu dibakar -semoga Allah menganugerahkan kepada kita keselamatan dan kebaikan-. Lihatlah, orang ini memiliki kebaikan akan tetapi ketika ia melakukan kejahatan (seperti diatas) maka tidak bisa dimaafkan dengan alasan : (dia kan punya kebaikan !!!)
Ibnu Hajar berkata : (Lihat “Lisanul Mizan” oleh Ibnu Hajar Al-Asqolaani 4/312-313 cet. Darul Ihyaturats Islami - Beirut. (pent))
(-diceritakan- Bahwasannya Amru bin Ash meminta kepada Abdurrahman bin Muljam untuk selalu dekat dengannya karena dia termasuk ahli dalam al-Quran serta Fiqih dan dia termasuk pemberani diantara kaumnya di Mesir. Dia juga pernah belajar kepada Mu’adz bin Jabal dan dia termasuk ahli ibadah). Walaupun begitu banyak nya kebaikan orang ini tapi (semua itu) tidak bisa menutupi kesalahan serta kejahatannya yang besar ketika membunuh Ali. Kemudian Ibnu Hajar berkata setelah itu : (-diceritakan pula- bahwa Amru bin ‘Ash mengirim Subaigh bin ‘Asl kepada Umar untuk menanyakan kepada beliau tentang al-Quran dan -diceritakan- bahwa Umar memerintahkan Amru bin Ash untuk menjadikan rumah Abdurrahman bin Muljam dekat dengan masjid supaya dapat mengajari manusia al-Quran dan fiqih dan memerintahkan untuk memperluas rumahnya, hingga rumahnya berada disamping Ibnu Udaisy. Dialah pembunuh Ali bin Abi Thalib yang dulunya dia adalah pengikut setia beliau).Oleh karena itu perhatikanlah -wahai saudara-saudaraku- jika ada orang membicarakan (kesesatan -pent.) seseorang, serta memperingatkan (manusia) darinya lalu datang orang ketiga sambil berkata : kenapa anda mempersoalkan orang itu padahal dia punya kebaikan-kebaikan dan dia telah diberi rekomendasi oleh para ulama. (Maka ketahuilah -wahai saudaraku- pent.) bahwa rekomendasi ataupun kebaikan yang ia miliki bukanlah jaminan ataupun pencegah dari membicarakan (kesesatannya -pent.) setelah berlalunya waktu. Sesungguhnya ukuran semua ini adalah kenyataan dan fakta yang ada, jika dia dalam keadaan jelek (sesat) maka berhak untuk dibicarakan sesuai dengan ketentuan syari’at yang sudah dikenal oleh para ulama.
3. Mayoritas bukan dalil kebenaran. Sering kita mendengar sebagian orang berkata bahwa orang itu diatas kebenaran dengan alasan atau dalih banyaknya manusia yang mencintai atau senang atau mengaguminya atau dia punya banyak pengikut. Persepsi seperti ini adalah salah. Imam Muhammad bin Abdul Wahab menyebutkan bahwa diantara perangai orang-orang jahiliyah dulu adalah berbangga dengan kwantitas atau mayoritas. Sedangkan Allah tidak memuji mayoritas didalam al-Quran begitu juga dengan Rasul-Nya. Allah berfirman :
“Dan jika kamu mengikuti kebanyakkan manusia dimuka bumi, mereka akan menyesatkanmu dari jalan-Nya” (al-An’am :116).
Dan Allah berfirman :
“Diantara mereka ada yang mendapat petunjuk dan kebanyakkan mereka itu fasik” (Al-Hadid : 26)
Oleh karena itu mayoritas bukanlah dalil kebenaran bahkan Nabi mensifatkan bahwa pengikut kebenaran itu minoritas sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari hadits Ibnu Umar t dan hadits Abu Hurairah bahwa Nabi bersabda :
“Islam muncul dalam keadaan asing, dan akan kembali asing seperti awal mulanya”
Didalam hadits Muslim ada tambahan “Beruntunglah orang-orang yang asing”. Mereka (pengikut kebenaran) adalah kelompok minoritas tapi merekalah yang dipuji Nabi Muhammad dan didoakan dengan kedudukan yang baik.
4. (Tuduhan-tuduhan) global untuk menjauhkan manusia dari kebenaran adalah jalan atau metode ahli bid’ah. Dahulu maupun sekarang mereka selalu menjauhkan manusia dari dakwah ahli sunnah (misalnya -pent.) dalam pembahasan asma wa sifat (nama dan sifat Allah) ahli bid’ah menuduh ahli sunnah bahwa mereka adalah musyabbihah (menyerupakan nama dan sifat Allah dengan makhluk-Nya -pent.) Dan mereka itu mujassimah (=musyabbihah). Mereka menjauhkan manusia dari dakwah yang benar ini, dakwah ahlus sunnah wal jama’ah salafiyyin (terutama dalam pembahasan) asma dan sifat Allah. Anda lihat salah seorang dari mereka mendatangi manusia dan pemula dari penuntut ilmu seraya berkata : “Sesungguhnya mereka ahlus sunnah menyangka bahwa Allah memiliki kedua tangan yang menyerupai tangan makhluk-Nya.” Tapi apabila orang tersebut mau meneliti kembali maka ia akan mendapati bahwa ahli sunnah salafiyyin menetapkan kedua tangan bagi Allah sebagaimana firman-Nya
“Bahkan kedua tangan Allah itu terbentang” (al-Maidah : 64)
Akan tetapi ahlus sunnah menetapkan kedua tangan Allah itu sesuai dengan kemuliaan dan keagungan-Nya tanpa ditakwil, ditolak, ditakyif (dibayangkan asma dan sifat Allah tersebut -pent) serta tanpa ditamtsil (diserupakan dengan makhluk-Nya -pent.) Mereka tetapkan kedua tangan bagi Allah tanpa tasybih (=tamtsil) dan tajsim. Sesungguhnya ahli bid’ahlah yang menuduhkan hal tersebut (kepada ahlus sunnah -pent.) untuk menjauhkan manusia dari mereka. Ini adalah metode ahli bid’ah sejak dahulu maupun sekarang, mereka berusaha sekuat tenaga untuk menjauhkan manusia dari dakwah salafiyah, dakwah kebenaran dan dakwah para ulama. Mereka menuduh ahlus sunnah dengan mengatakan bahwa mereka (ahlus sunnah) suka mencela para da’i dan para ulama serta memecah belah persatuan dan lain-lain. Tapi coba tanyakan kepada mereka siapa yang anda maksud dengan ulama itu? Apakah ahlus sunnah mencela Syaikh Ibnu Baz, Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin, Syaikh al-Albani rahimahumullah, Syaikh Fauzan dan Ibnu Syaikh hafidhahumullah ?!!! Tidak, jika anda mau mengoreksi anda akan dapati bahwa ahlus sunnah hanya membicarakan (mencela) gembong-gembong kesesatan semisal Sayyid Qutub al-Misri, kenapa? karena Sayyid Qutub telah dikenal dengan celaannya terhadap para sahabat Nabi, membuat provokasi ditengah masyarakat, dia juga mengkafirkan masyarakat kaum muslimin dan dikenal dengan seruan kepada pemikiran Khawarij dan peledakan serta perusakan dimuka bumi. (Sebagian orang mungkin tidak bisa menerima kenyataan yang pahit dan getir ini, tapi cobalah kita mau berfikir obyektif, bukalah mata dan hati untuk menerima kebenaran ini. Lihatlah koreksi dan bantahan ulama terhadap Sayyid Qutub -semoga Allah memberi taufiq kepada kita semua- bacalah buku : “Mathooin Sayyid Qutub fi Ash-Habi Rasulillah ”, “Adwa’ Islamiyah ala Aqidah Sayyid Qutub”, “al-Awaashim mimma fi qutubi Sayyid Qutub minal Qowaasim” oleh : Syaikh Rabi’ bin Hadi al-Madkhali. Lihat juga kitab “Barooatu ulama ummah min tazkiyati ahli bid’ah wal madzammah” oleh Syaikh ‘Ishom bin Abdillah As-Sinani serta lihat pula bantahan ulama yang sejaman dengan Sayyid seperti Syaikh Mahmud Muhammad Syakir dalam majalah “Al-Muslimun” cet. II edisi 1-4 Tahun I (1372H/1952) atau lihat kitab Sayyid Qutub yang menyeru kepada pemikiran-pemikiran sesat diatas dalam kitabnya “Limaadza A’damuuni” Hal. 49-55. (pent)
Ahlus sunnah salafiyyun memang mempersoalkan sebagian da’i-da’i kondang itu, semisal Salman Al-Audah, Awadh al-Qorni. Kenapa ? karena mereka telah mengatakan demikian dan demikian (dari kesesatan dan penyimpangan -pent.) seperti yang akan kita bacakan kepada anda -insya Allah-. Oleh karena itu kita harus lebih meneliti bersama mereka dalam dua hal :
Siapa yang dipersoalkan oleh ahlus sunnah, coba sebutkan kepada kami ? Jika mereka telah menyebutkan nama-namanya, tanyakan apa sebabnya ? Dan bila telah dijelaskan dengan sebenar-benarnya dan hal ini mewajibkan untuk mencelanya maka wajib bagi anda untuk menerimanya, tapi jika hal tersebut tidak benar atau tidak mengharuskan untuk mencelanya maka tidak boleh untuk mencelanya. Jadi, tanyakan dulu sebab celaan atau tahdzir itu, apakah benar atau tidak (sesuai fakta atau tidak)? Adapun kalau ada orang yang mendengar celaan terhadap da’i-da’i itu lalu langsung mengingkarinya dengan alasan mereka telah mencela ulama (dengan kata-kata yang global) maka hal seperti ini tidak bisa diterima.
Dihadapan anda ada sebuah ucapan dari seorang yang tertipu (dengan para da’i-da’i diatas) dan dia pun menipu umat. Dia adalah Muhammad bin Abdillah al-Abdul Karim. Orang ini menulis beberapa makalah dikoran “Muhayidh” diantaranya pada edisi 68 disitu dia menulis sebuah makalah yang jelek sekali. Apa yang dia tulis ? Dia berkata : “Sesungguhnya mereka salafiyun -yang dia beri julukan jahmiyah dan munafiq- bekerjasama dengan orang-orang liberal, sungguh benar firman Allah tentang mereka :
“Orang-orang munafiq laki-laki dan perempuan sebagian mereka adalah wali atau penolong sebagian yang lain, mereka menyuruh kepada kemungkaran dan melarang dari yang baik” (at-Taubah : 67)
Ucapannya ini ada diedisi yang saya sebutkan tadi, bahkan pada edisi sebelumnya yaitu edisi 61 tertanggal 18-6-1424H dia mengatakan suatu ucapan yang lebih parah lagi, apa yang ia katakan ? Coba dengarkan ! Dia berkata : “Ahlus sunnah salafiyun telah sampai pada tingkatan ekstrim yang parah, mereka menjadikan taat kepada makhluk diatas ketaatan kepada Khaaliq Pencipta, -kemudian dia berkata- tidak ada yang lebih menunjukkan akan hal ini dari pada ucapan mereka (ahlus sunnah) dalam membolehkan taat kepada pemimpin walaupun dalam kemaksiatan”.
Demi Allah, saya menantang orang ini untuk menunjukkan siapa diantara salafiyyin yang dikenal dengan keilmuannya mengatakan : “Dengar dan taati pemimpin atau penguasa meskipun dalam memaksiati Allah !!!”. Demi Allah sesungguhnya aku telah menelpon orang ini dan aku bertanya kepadanya : “Apakah kau bisa menyebutkan kepadaku satu orang saja (dari kalangan salafiyyin) yang mengatakan : ‘Dengar dan taati penguasa meskipun dalam memaksiati Allah?’” Ketika aku mendesaknya dia berkata : “Ya ada” Aku bertanya : “siapa? dan kapan dia berkata? dan apa katanya?” Dia menjawab : “Dia mengatakan 3X ditelevisi.” Aku bertanya lagi : “Demi Allah aku bertanya kepadamu, apakah orang tersebut mengatakan : ‘Dengar dan taati penguasa walaupun dalam maksiat!?’” Dia menjawab : “Orang itu tidak mengatakan hal tersebut dengan jelas tapi bisa dipahami seperti (pertanyaanmu) tadi.”
-Laa ilaha illallahu- Bagaimana mereka memahaminya? Apakah dari Rabbul ‘Ibad Allah ? Tidakkah mereka mengetahui bahwa diriwayatkan dalam shahih Bukhari dari hadits Samurah : “Bahwa seorang yang berdusta dan menuduh (tanpa haq-pent) akan ditarik mulutnya dengan keras hingga ke belakang.” Apa yang bisa dia lakukan ketika menghadap Rabb semesta alam? Orang ini sangat tertipu (dengan mereka dai-dai kondang itu-pent) dan sekaligus dia termasuk menipu umat. Lihatlah, orang ini hanya membawakan satu ucapan global guna menjauhkan manusia dari dakwah kebenaran. Saya telah mengatakan : “Janganlah anda menerima ucapan apapun dari seseorang kecuali setelah diteliti (dimana diucapkan) dan kapan? Dan bagaimana ucapan itu, apakah dirubah atau ditambahi? Jika anda mengambil hal ini dan meninggalkan (ucapan/tuduhan) yang bersifat global maka akan jelas bagi anda kebenaran dari kebatilan.”
Setelah kita memahami ke 4 hal penting diatas, saya akan memulai untuk masuk ke pokok pembicaraan yaitu membongkar jati diri dai-dai kondang diatas. Dan saya tekankan sekali lagi bahwa demi Allah tujuan kita dalam membahas hal ini bukan untuk memuaskan hawa nafsu dan selera kita. Sekali lagi bukan itu tujuan dan maksud kita. Akan tetapi maksud sebenarnya adalah menasehati umat agar mereka mengerti mana yang benar lalu diikuti dan mana yang salah untuk dijauhi. Saya tidak akan mengada-ada sedikitpun, tapi saya akan menjelaskan perkataan mereka dan referensinya sehingga anda sekalian berada diatas bukti yang nyata.
1. Orang pertama : Awadh Al-Qorni, seorang dai kondang yang masyhur, dia mengarang sebuah kitab yang berjudul “Al-Hadaatsah” (Sebuah aliran filsafat yang muncul di Eropa, tidak mengakui agama dan referensinya, tidak mau diatur oleh hukum syariat, mereka hidup layaknya binatang ternak, lihat “Al-Mausu’atul Muyassaroh fil Adyaan wal Madzaahib wal Ahzaab al-Mu’aashiroh” 2/867 (pent))
didalam kitab ini dia berbicara tentang orang-orang al-Hadaatsah, bahkan dia terkenal dengan kritikan serta bantahannya terhadap orang-orang sekuler dan Hadaatsah dan selain keduanya.Dia termasuk pelopor dalam bidang ini bahkan disifati sebagai orang yang paling tahu dan mengerti tentang mereka. Awadh al-Qorni ini yang telah disebutkan (dengan keahliannya itu -pent.) tiba-tiba memunculkan majalah yang bernama “Al-Jusur” dan telah terbit beberapa edisi. Edisi pertama -dan dia sebagai penasehat umum terhadap majalah ini- memuat dialog dengan Turki Hamad, ( ia adalah seorang yang terkenal dengan pemikiran-pemikiran sekulerisme (pent))
Siapakah dia ? Turki Hamad adalah salah seorang yang dahulunya mereka kafirkan dan disifati dengan nifak, mereka membantahnya / mencelanya habis-habisan dan tidak terima kalau ada orang yang membelanya. Tapi setelah hari demi hari berlalu mereka tiba-tiba memunculkan majalah yang memuat dialog dengan Turki Hamad. Alangkah baiknya bila Turki Hamad ketika berdialog itu berbicara dengan pembicaraan yang baik yang tidak ada penyimpangannya. Tapi sangat disayangkan, pembicaraannya banyak menyimpang (dari manhaj yang benar manhaj ahlus sunnah -pent.) dan yang diajak bicara tidak mengomentarinya sedikitpun. Diantara yang ia katakan dalam dialog itu adalah: (Apakah anda tahu apa permasalahan kita sekarang? 99% kita bersepakat hanya 1 % kita berselisih dan kita belum memiliki suatu hal yang bisa menyatukan kita semua). Perhatikanlah -ucapan ini-, perselisihan kita (salafiyun) dengan Turki Hamad, Ikhwanul Muslimin, Jama’ah Tabligh (seperti yang disebutkan sendiri oleh Turki Hamad), dengan Qutbiyyin (pengkultus Sayyid Qutub), dan dengan Sururiyyin (pengikut Muhammad Surur Zainal Abidin) hanya 1% saja -katanya-, adapun sisanya 99% kita dan mereka sama-sama bersepakat. Bagaimana ini bisa terjadi ? Bagaimana kita bisa bersekongkol dengan orang-orang yang menyetujui kesyirikan dalam tauhid uluhiyah, seperti yang bisa anda dapati dalam kitab “Tablighi Nishobun” milik Jama’ah Tabligh. Dan bagaimana kita bisa bersatu dengan pemimpin jama’ah yang sering menyenandungkan bait didalam acara Maulid yang berbunyi :
“Inilah nabi dan seorang kekasih telah hadir bersama. Dialah (Nabi) yang mengampuni masa lalu (dari dosa dan noda)”
Bagaimana kita bisa bergabung dengan orang-orang yang bekerjasama dengan Rafidhah dan mengagungkan mereka dan hal ini dimuat dikoran-koran sedang mereka tidak memungkirinya sedikitpun, seperti yang akan saya sampaikan dari ucapan Salman al-Audah. Bagaimana mungkin kita bisa bersatu dengan orang-orang yang menyeru untuk mendirikan sekolah khusus bagi Rafidhah yang mereka bisa dengan leluasa belajar kitab-kitab mereka disana seperti yang diutarakan oleh Safar Hawali yang akan saya bawakan ucapannya nanti. Setelah pemaparan diatas tadi bagaimana bisa dikatakan bahwa perselisihan kita (dengan mereka) hanya 1% saja ??!! Seandainya memang demikian keadaannya, kita lihat bagaimana dengan Awadh al-Qorni (yang mungkin dia tidak peduli dengan Ikhwan Muslimin dan Jama’ah Tabligh), tapi bagaimana perselisihannya dengan Turki Hamad dahulu serta orang-orang liberal dan selainnya. Apa hanya 1% saja ?
Jika ya, maka mengapa dahulu terjadi perang dingin (antara keduanya-pent)?! Dan kenapa (celaan-celaan terhadap Turki Hamad-pent) disebar luaskan?! Dan kenapa generasi muda dahulu diprofokator untuk memusuhinya kalau memang hanya 1% saja perselisihannya? Ini dialog pertama yang diadakan oleh (Awad Al-Qorni) dengan Turki Hamad. Adapun yang kedua, maka sesunggunya Awadh Al-Qorni yang dahulunya (mencela habis-habisan Turki Hamad) sekarang mengadakan dialog dengan Turki Hamad. Dan dia mulai mencela kitab ulama-ulama kita dan yang paling utama adalah Imam Muhammad bin abdul Wahab . Dia mencela kitab-kitab para ulama dan menyatakan bahwa kitab-kitab tersebut membawa pemikiran takfir (mengkafirkan orang muslim) seperti yang dimuat dalam koran “Al-Wathon- edisi 1193, disebutkan dalam dialog bersama (Turki Hamad) bahwa kitab-kitab karangan para Imam Dakwah terutama kitab “Durol Saniyah” adalah kitab takfir dan mendidik manusia diatas takfir.Dan inilah konteks ucapannya : “Siapa saja yang mengoreksi peninggalan (ulama-ulama) kita dalam memahami al-Qur’an dan Sunnah dalam perkara ini hingga 100 atau 150 tahun yang lalu dia akan menyaksikan dizaman ini suatu sikap extrimisme dalam menyikapi orang-orang yang menyelisihi, seolah-olah mereka itu kafir, hal ini termaktub dalam kitab-kitab mereka. Dan siapa saja yang membaca “Ad-dural Saniyah” dia akan melihat dengan jelas hal ini, dan (sikap extrim ini) ada dalam kitab masyaikh tersebut -saya tidak tahu siapa yang dia maksud dengan masyaikh- kita sebenarnya tidak sanggup untuk bersikap obyektif dan memegang kebenaran dengan kuat serta mengkritik diri sendiri sebelum orang lain mengkritik kita dan mengkritik kesalahan pemikiran kita. Kita sebutkan hal ini untuk membela pemikiran atau metode kita, dulu kita katakan bahwa adanya extrimisme ini karena sebab yang datang dari luar. Ini adalah ucapan yang salah, yang benar bahwa sebab yang datang dari luar itu hanyalah salah satunya dan bukan yang utama.” Orang ini bermaksud ingin mengarahkan celaan kepada kitab-kitab para Imam dakwah, terutama Imam Muhammad bin Abdul Wahhab -katanya- yang banyak berpengaruh dalam masalah takfir dan peledakan serta yang lainnya. Orang ini juga ingin mengungkapkan bahwa sebab utama semua ini bukan dari luar, yaitu dari buku-buku Sayyid Qutub dan semisalnya akan tetapi ini salah satu sebabnya saja. Adapun sebab utamanya adalah kitab-kitab para Imam dakwah. Seandainya orang ini mau jujur dan obyektif maka sungguh dia akan menyebutkan kitab-kitab Sayyid Qutub yang jelas-jelas mengkafirkan masyarakat, dan para pemimpin (kaum muslimin), yang jelas-jelas menyerukan kepada pengrusakan dan peledakan. Dan orang ini tidak akan menuduh kitab-kitab yang bersih lagi suci dari hal-hal tersebut. Inilah ‘Awadh Al-Qorni dan pendahulunya Dawud bin Jirjisy serta Balsyim, mereka adalah orang-orang sesat yang menyelisihi dakwah Imam Muhammad bin Abdul Wahhab. Merekalah orang-orang yang menuduh dakwah beliau dengan takfir. Mereka muncul silih berganti dari zaman ke zaman tapi mereka tidak sanggup untuk mendatangkan sedikitpun dari bukti-bukti yang nyata atau otentik yang menetapkan bahwa Imam Muhammad bin abdul Wahhab, dakwah beliau dan murid-murid beliau menyeru kepada takfir. Saya telah membacakan kepada kalian pada waktu membantah Muhsin ‘Awaji ucapan Imam Muhammad bin Abdul Wahhab yang (jelas-jelas) beliau tidak mengkafirkan masyarakat (kaum muslimin-pent), bahkan beliau menyatakan bahwa mayoritas kaum muslimin bukanlah orang-orang kuffar. Dan sesungguhnya tidaklah kafir kecuali yang telah tegak kepadanya hujjah dan dia terus melakukan kesyirikan, maka orang yang semacam inilah yang beliau kafirkan. Beliau juga tidak mengkafirkan orang-orang yang menyembah berhala yang berada diatas kuburan Abdul Qadir Jaelani atapun Badawi karena kebodohan dan karena tidak adanya seorangpun yang mengajari serta memperingatkannya. Beliau hanya mengkafirkan orang yang telah sampai kepadanya kebenaran tapi dia terus dalam kesyirikan. Perhatikan Awadh Al-Qorni sekarang, tiba-tiba dia memuji Turki Hamad dan mengorbitkannya setelah dia mencelanya, kemudian berbalik menyerang dan menuduh karangan-karangan para Imam dakwah khususnya Imam Muhammad bin Abdul Wahhab . Dia mengatakan bahwa kitab-kitab mereka itu menyeru kepada takfir, terjadinya peledakan-peledakan akhir-akhir ini adalah akibat buku-buku tersebut. -Semoga Allah menganugerahkan kepada kita semua keselamatan-. Bukankah ini semua menunjukkan akan keplin-planan mereka?! Bukankah ini semua menjelaskan kepada kita bahwa mereka itu selalu berubah warna? Dan tidak memiliki metode atau jalan yang lurus dan jelas?! Ini orang pertama.
2. Adapun yang kedua dia adalah ‘Aidh Al-Qorni. Tahukah anda siapa Aidh Al-Qorni? Dia banyak memiliki khutbah-khutbah yang menyatakan akan kesesatan Ghozi Al-Qushaibi (Ia adalah seorang sastrawan saudi yang memiliki pemikiran-pemikiran sekuler. Dia sekarang menjadi duta besar Arab Saudi di London, pent) bahkan mungkin sudah sampai kepada tingkat pengkafirannya. Dahulu dai-dai itu menyebutnya (Ghozi) sebagai orang sekuler, tapi setelah berlalu hari demi hari, tahun demi tahun tiba-tiba muncul majalah “Al-Fawashil”, yang pada edisi 128 memuat dialog bersama Aidh Al-Qorni. Dia ditanya : Bagaimana ikatan anda dengan Ghozi Al-Qushaibi. Apa perincian khilaf tersebut? Lihatlah jawaban Aidh Al-AlQorni : Hubungan (kami berdua-pent) sangat erat dan kuat, kita saling bekerjasama diatas kebaikan dan takwa serta persaudaraan. Dan kita selalu menunggu dari DR. Ghazi masukan-masukannya, adapun yang lalu biarlah berlalu.
-Laa ilaha illallahu- Ghozi Al-Qushaibi yang dulu pernah dikatakannya sesat bahkan mungkin sudah dikafirkan diatas mimbar-mimbar dan dididik para pemuda untuk memusuhi dan membencinya, sampai-sampai tidak anda dapati seorang pemuda pun yang disebutkan kepadanya nama Ghozi Al-Qushaibi melainkan dia akan meminta keselamatan kepada Allah dan dia akan mengatakan Ghozi itu sesat dan mengutuknya. Dan seandainya ada seseorang yang membela (Ghozi) disuatu majlis tentang tuduhan-tuduhan kepadanya seperti pengkafirannya maka para pemuda itupun akan membantahnya secara serentak. Tapi selang beberapa waktu Aidh Al-Qorni menyatakan bahwa hubungannya dengan Ghozi sangat baik dan erat, seperti yang telah saya sebutkan.
Disamping itu ada masalah lagi yaitu yang berkaitan dengan wanita mengemudi mobil. Ini adalah hal yang paling dibenci para pemuda bahkan masalah yang berkaitan dengan wanita ini sangat diutamakan oleh mereka dalam tarbiyah dibandingkan dengan masalah syirik dan bid’ah. Tidak mengemudinya wanita itu merupakan hal yang disyariatkan dan para ulama kita telah mengharamkan wanita untuk mengemudi mobil karena akan banyak menimbulkan kerusakan. Sekarang bukan tempatnya untuk menjelaskan hal ini, tapi yang ingin saya jelaskan bahwa Aidh Al-Qorni setelah berlalu beberapa tahun mengutarakan suatu perkara dikoran “Madinah” tertanggal 16 Dzulqo’dah 1424 H dia berkata : “Sesungguhnya masalah wanita mengemudi mobil bukanlah termasuk masalah prinsip karena tidak disebutkan pengharamannya dalam surat at-Taubah maupun al-Anfal”. Demi Allah, seandainya yang berbicara ini bukan Aidh Al-Qorni maka akan divonis oleh para pemuda bahwa dia ini orang sekuler, Hadaatsi, munafik, orang busuk yang mau merongrong Islam dan kaum muslimin. Tapi mengapa hal ini tidak divonis juga kepada (Aidh Al-Qorni). Aidh Al-Qorni mengulangi kembali pembicaraannya ini dalam koran “Al-Hayah” dia berkata : (Aku bertobat kepada Allah, aku tidak pernah mengatakan bahwa wanita boleh mengemudi mobil) benar, memang engkau tidak mengatakan hal itu boleh, tapi engkau hanya mengatakan ini bukan masalah prinsip yang tidak disebutkan dalam surat at-Taubah maupun al-Anfal, tapi apa maksud perkataanmu ini? Minimal ucapan ini membuka peluang dan mempermudah jalan bagi para provokator untuk terus menebarkan slogan-slogan mereka dalam membolehkan wanita mengemudi mobil. Dizaman ini banyak sekali didapati makar-makar musuh, slogan-slogan, provokasi-provokasi untuk membolehkan wanita mengemudi mobil dan mengeluarkan para wanita (dari rumah-rumah mereka untuk bersolek dan bekerja-pent). Tapi sangat disayangkan, engkau (wahai Aidh al-Qorni) tiba-tiba datang dan mengucapkan hal ini !!! Apa yang mendorongmu untuk mengatakan seperti ini? Apa maslahatnya? Minimal engkau telah memberikan support bagi para provokator-provokator itu untuk menyeru kepada pembolehan wanita mengemudi mobil dan untuk mereka terus melancarkan permintaan ini. Memang engkau tidak mengatakan hal ini boleh, akan tetapi engkau mempermudah jalan bagi yang ingin menjadikan para wanita mengemudi mobil.
3. Adapun orang ketiga adalah Safar Hawali, pembahasan tentang orang ini panjang dan alhamdulillah saya telah mengeluarkan dua kaset tentangnya. Tapi dikesempatan ini saya ingin menjelaskan secara singkat hal-hal yang berkaitan dengan keplin-planannya. Perhatikanlah, sesungguhnya Safar Hawali seperti yang lainnya dari dai-dai kondang yang telah disebut diatas. Dahulu membakar jiwa-jiwa para pemuda untuk memusuhi orang-orang kafir dan berlepas diri dari mereka. Ini adalah benar dan merupakan ajaran agama. Akan tetapi karena melampaui batas dalam bersemangat, mereka tidak memperinci dalam masalah ini yang mengakibatkan para pemuda terjerumus kedalam kesalahan dan penyimpangan. Hari berganti hari, tiba-tiba muncul Safar Hawali dengan tulisannya yang panjang yang ditujukan kepada Bush (Presiden Amerika-pent) dan tulisan ini termaktub dalam situs internetnya, disini saya hanya menyampaikan intinya saja yaitu : (saya nasehatkan kepada anda -wahai Bush- dan saya ingatkan anda kepada Allah agar segera berhenti dari memerangi dan mendholimi (kaum muslimin-pent) dan agar engkau berhati-hati dalam mengambil keputusan). Ucapannya ini baik, tidak ada masalah tapi apa yang dia ucapkan setelah ini? (jika engkau telah melaksanakannya-pent maka engkau akan dapati kita bersamamu tanpa syarat)
-Laa ilaha illallahu- Bagaimana dia bisa bersama Bush Nasrani yang masyhur dengan permusuhannya terhadap Islam dan kaum muslimin jika hanya dia berhenti dari sebagian kedholimannya tanpa syarat? Dimana syari’at Muhammad yang memerintahkan kita untuk membenci mereka baik mereka itu memerangi kita atau tidak. Kita memusuhi dan membencinya dalam berbagai permasalahan demi syari’at Muhammad . Demi Allah, wahai saudara-saudaraku seandainya yang berbicara seperti diatas (ucapan Safar tadi-pent) salah seorang dari pemimpin atau penguasa maka sungguh engkau akan dapati para pemuda itu akan menyebar luaskan ucapan seperti ini (dengan diiringi ejekan-ejekan-pent) dan mereka akan berkata ini suatu bentuk kelemahan dalam agama dan kadang bisa mengeluarkan dari agama (murtad) dll -kita mohon kepada Allah keselamatan-.Kemudian diantara keplin-planannya juga bahwa DR. Safar Hawali ini dalam kitabnya “Dzohiratul Irja’” berbicara tentang suatu metode yang dinamakan metode atau pemikiran kontemporer. Dia berbicara tentang pemikiran ini dalam footnote kitabnya “Dzohiratul Irja’“ 1/85. Ketika dia membicarakan para pengikut metode ini dia berkata: (Ini adalah pemikiran zindiq terbaru yang disebarkan oleh sekelompok penulis yang bersembunyi dibalik tirai pembaharuan dan pembukaan pintu ijtihad bagi semua orang dan seterusnya). Dia juga menyebutkan bahwa orang-orang tersebut terpengaruh dengan Rofidhoh dan Mu’tazilah, diantara nama-nama yang dia maksud adalah Fahmi Huwaidi, (Dia seorang wartawan dari Mesir yang memiliki pemikiran-pemikiran liberal dan sekulerisme-pent.) dan Muhammad Amaaroh. (Dahulu seorang atheis kemudian kembali kepada agama tapi memiliki pemikiran-pemikiran Mu’tazilah (atau rasionalisme) dan dia terjun dalam pemikiran liberal-pent.)
Tapi setelah berlalu beberapa tahun saja tiba-tiba Safar Hawali mendirikan “Gerakan Internasional untuk menghadapi Lawan” dia ketua umumnya, diantara anggotanya adalah Fahmi Huwaidi dan Muhammad Amaaroh. Kemarin (orang-orang tersebut) dikatakan sebagai dai-dai perusak, dai-dai zindik, orang-orang yang membela Rofidhoh dan orientalis serta khawarij tapi sekarang dia menjadikannya sebagai anggota dalam pergerakan tersebut. Bukankah ini termasuk keplin-planan dan mempermainkan para pemuda Islam?
Perkara ketiga (diantara keplin-planan Safar-pent) bahwa orang ini dahulu terkenal dengan permusuhannya terhadap Rofidhoh dan dahulu mendidik para pemuda untuk memusuhi mereka dan menanamkan dihati-hati para pemuda kebencian terhadap Rofidhah. Ini adalah benar dan merupakan tuntutan agama karena memang Rofidhoh adalah musuh Allah dan Rasul-Nya. Tapi sekarang Safar berubah (buktinya-pent) pada 28 Sya’ban 1424 H disuatu dialog seperti yang dinukil oleh Koran “Madinah” dia berkata : (Aku berpendapat tidak mengapa Rofidhah mendirikan sekolah tersendiri bagi mereka yang disana mereka bisa belajar aliran mereka dan ini yang ada di Al-Husainiyaat dan semisalnya. Akan tetapi masalahnya mereka Syiah Rofidhah ini menginginkan agar kita merubah aqidah yang kita yakini untuk menyenangkan mereka). Dalam ucapan Safar Hawali ini ada dua hal yang sangat berbahaya:
a. Dia setuju dengan didirikannya sekolah khusus bagi Rafidhoh atau Syi’ah yang mereka bisa belajar aliran atau ajaran mereka dengan leluasa disana. Apa yang mereka pelajari? (Mereka belajar) kesyirikan, belajar berdo’a kepada Ali, Hasan, dan Husen (berdo’a) kepada selain Allah. Disana mereka belajar mencela para sahabat Rasulullah, belajar melontarkan tuduhan kepada Ibu kita Ummu Abdillah ‘Aisyah bahwa beliau telah berzina !!! Bagaimana orang ini bisa setuju dengan sekolah syirik yang tidak diajarkan didalamnya buku-buku tauhid yang mendidik mereka untuk mentauhidkan Allah dan menghormati para sahabat Muhammad? Ini adalah perkara yang berbahaya. Demi Allah seandainya saya tidak membaca sendiri ucapannya ini dikoran dan tidak diingkarinya sampai detik ini baik disitusnya maupun yang lain maka tidaklah saya bisa membenarkan berita yang dahsyat ini.
b. Safar Hawali mengatakan bahwa masalahnya Syi’ah itu adalah karena mereka menginginkan kita merubah aqidah yang kita yakini. Ini bukanlah masalahnya mereka, tapi inti masalahnya mereka adalah kesyirikan. Dari perkatan Safar tadi, apakah jika Syi’ah Rafidhoh membiarkan kita dan tidak mempermasalahkan aqidah kita apakah selesai masalah kita dengan mereka? Demi Allah, tidak. Sesungguhnya masalahnya mereka itu yang utama adalah mereka menyekutukan Allah dan mereka mencela para sahabat Rasulullah bahkan mengkafirkan mereka kecuali sedikit yang selamat dari celaan Syi’ah. Mereka juga menuduh ibunda kita Ummul Mukminin Aisyah dengan zina. Dan mereka juga ghuluw atau ekstrim dalam mengkultuskan para Imam-Imam mereka sampai-sampai mengangkat mereka ke derajat Tuhan. Semoga Allah memberi kita keselamatan.
4. Adapun orang keempat (dari dai-dai kondang-pent) adalah Salman Al-Audah, orang ini setelah dialog nasional atau pada pertengahan dialog tersebut menjalin ikatan (baik-pent) dengan seorang Syi’ah Rofidhoh Al-Haalik Hasan as-Sattar yang pernah mengucapkan suatu ucapan (busuk-pent): (Semoga Allah mengganjar Syi’ah kami dengan ganjaran yang baik atas pembunuhan terhadap Ustman). Orang Rofidhoh yang busuk ini dijalin ikatan persaudaraan oleh Salman Al-Audah dan diajak bersama-sama menaiki mobil khususnya serta disambut dengan ucapan yang baik dan ramah tamah. Laa ilaha illallahu, apakah layak orang Rofidhoh semisal Hasan as-Sattar dibaiki seperti itu? Kemudian kejadian diatas digunakan kesempatan oleh Rofidhoh yang lain yaitu Muhammad Ridho Nasrullah Al-Kadzdzab untuk di sebarkan (sikap lembut Salman diatas-pent) dikoran “Riyadh”, pada hari rabu tanggal 18 Rabi’ul Akhir 1424 H dengan mengatakan (Syaikh Hasan As-Sattar salah seorang ulama besar Qathif menceritakan kepadaku tentang pertemuan persaudaraan yang diadakan dikantor Malik Abdul Aziz yang selesai hari ini. Beliau sangat berbahagia khususnya dengan keramah tamahan dan sambutan hangat Syaikh Salman al-Audah serta permintaan beliau untuk diadakan rapat panjang guna ta’aruf (perkenalan) dan tukar pikiran. Tidak cukup hanya disitu saja bahkan Syaikh Salman menyambut dengan hangat, tidak seperti biasanya. (Syaikh Salman) juga tidak berbicara seperti dalam dia membantah as-Sattar ...)
Mereka mengatakan : Syaikh Salman dan Hasan as-Sattar saling tukar pendapat dan saling bertoleransi dan mengikat tali persaudaraan. Demi Allah, ini suatu ucapan yang berbahaya, ketika hal ini dimuat dalam Koran “Riyadh” aku mengira bahwa Salman Al-Audah akan mengingkari dan membantahnya, akan tetapi sangat disayangkan dia diam seribu bahasa dan membisu. Ketika dia ditanya disitus Islaminya tentang masalah ini dia mengikrarkannya dan tidak mengingkarinya sedikit pun seraya mengutarakan alasannya dengan berkata : (demi dakwah) dll.
Dengan alasannya (demi dakwah) dia dan yang semisalnya ingin memalingkan umat dari kenyataan dan hakikat sebenarnya. Setiap perbuatan (buruk mereka -pent) mereka tutupi dengan dalih (demi maslahat dakwah) dan lain sebagainya dari ucapan mereka yang rusak. Hingga pada waktu (Salman) menjalin hubugan baik dengan Hasan as-Sattar ar-Rofidhi dia beralasan dengan maslahat dakwah.
Bukankah termasuk maslahat dakwah jika kau (wahai Salman -pent) berlepas diri / baro’ dari orang-orang Rofidhoh ?!! Alangkah baiknya jika engkau ketika melihat Muhammad Ridho Nashrullah menggunakan kesempatan dalam kesempitan kau ingkari dan kau jelaskan kepada umat kebusukan Rafidho sehingga para pemuda Ahli Sunnah tidak tertipu dengan mereka.Bukankah Ahlus Sunnah memiliki hak untuk memperhatikan maslahat dakwah ? Tapi memang inilah permainan (kalian) dan sikap tidak tegas seperti perndahulu-pendahulu kalian dari kelompok Ikhwanul Muslimin.
Dipenghujung (ceramah ini-pent) ada yang aneh lagi yang berkaitan dengan Safar Hawali. Pada dialog yang dimuat oleh Koran “Al-Madinah” dia ditanya: (Sebagian orang mengatakan bahwa dai-dai kondang sekarang telah berubah pemikiran-pemikiran dan sikap mereka, (bagaimana menurut anda-pent?) apa jawaban Safar Hawali? Dia mengatakan: (menurutku penanya ini mengigau). (Lihatlah-pent) (Safar Hawali) ingin berdalih bahwa tidak ada perubahan dan orang yang mengira telah terjadi perubahan (pada diri-diri dai tersebut) dia itu hanya mengigau saja. Safar berkata: (menurutku penanya tersebut hanya mengigau saja karena seseorang terkadang terlintas dalam benaknya akan suatu hal kemudian setelah dia mengetahui hakekatnya berbeda, dia mengira bahwa telah terjadi perubahan. Sesungguhnya hal ini terjadi karena gambaran yang salah mulai awalnya, demikian juga dengan mereka yang menuduh para dai kondang telah berubah, mereka tidak tahu pemikiran para dai tersebut. Ketika mereka mulai mendekat, mereka kira dai-dai tersebut telah berubah padahal bukan seperti itu kenyataannya). Siapakah yang bisa membenarkan ucapannya ini? Apakah kita masih punya akal? Kemarin dia musuh orang-orang kafir, sekarang dia menyeru untuk dekat dengan Bush dan akan menjalin ikatan dengannya. Kemarin Salman mentahqiq kitab Al-Qosaawi As-Sunni yang membantah Rofidhoh dan menelanjanginya sekarang dia berbalik menjalin ikatan baik dengan Hasan As-Sattar. Kemarin Awadh al-Qorni mengarang sebuah kitab dengan judul “al-Hadaatsah” dan memusuhi orang-orang sekuler kemudian (berubah) dan memuat dialog dengan Turki Hamad (seorang sekuler -pent). Kemarin Aidh al-Qorni banyak berkhutbah untuk memperingatkan umat dari Ghozi al-Qushaibi bahkan menvonisnya sesat dan mungkin sampai mengkafirkannya, tapi sekarang dia menjalin hubungan baik dan persaudaraan dengannya. Dengan bukti seperti ini, engkau (wahai Safar) masih berkilah bahwa tidak ada yang berubah?!!!! Sampai serendah ini kalian berbuat dan mempermainkan para pemuda Islam seperti kalian bermain boneka yang tidak berakal !!! apakah kalian sudah seperti orang-orang sufi yang menjadikan para pemuda seperti murid dan Syaikh yang diibaratkan seperti mayit ditangan orang yang memandikannya?! Demi Allah, aneh bin ajaib, masih bisakah orang seperti Safar ini berkilah bahwa tidak ada perubahan?! Semua ini menunjukkan kepada kita dengan sejelas-jelasnya bahwa mereka telah dapat mempermainkan dan menipu para pemuda Islam dan menjadikan mereka pengikut setia tanpa berfikir dan menggunakan akal pikiran sehingga dengan seenaknya mereka para dai-dai itu berbicara tanpa ada sedikitpun kritikan ataupun bantahan dari para pemuda.
Tapi insya Allah mereka para pemuda itu masih punya akal untuk membedakan mana yang benar dan mana yag salah dan mengetahui permainan para dai-dai kondang tersebut. Dan sebelum saya akhiri, saya mengajak mereka semua untuk terus mengoreksi diri mereka sendiri dan melihat dengan mata kepala dan mata hati dan (untuk mereka mengikuti jejak orang-orang yang mulia, pent) siapa mereka? Mereka adalah orang-orang yang berjalan diatas kebenaran dan tidak berubah. Siapa mereka? Mereka adalah orang-orang yang berpegang teguh dengan al-Qur’an dan sunnah Rasulullah serta jejak para salaf. Siapakah mereka? Mereka adalah ulama-ulama besar kita. Apakah anda pernah menyaksikan bahwa Syaikh Ibnu Baz, Ibnu Utsaimin, al-Albani rahimahumullahu, Ibnu Fauzan atau Alu Syaikh - hafidhahumullahu - berubah dan nampak keplin-planan mereka? Demi Allah, tidak pernah kita melihat ulama kita yang mulia tersebut bersikap plin-plan seperti dai-dai kondang itu. Oleh karena itu wahai para pemuda Islam, koreksilah dan lihatlah kembali diri-diri kalian karena hidup (didunia, pent) sangatlah singkat. Dan kecintaan terhadap seseorang bukan hal yang membolehkan (kita) untuk menutupi kesalahan-kesalahannya. Jika kecintaan (kalian) terhadapnya itu karena Allah, maka apabila terlihat daripadanya penyimpangan terhadap al-Qur’an dan sunnah maka konsekwensi kecintaanmu itu adalah engkau membenci dan memusuhinya, karena awal kecintaanmu terhadapnya karena Allah maka sekarang (setelah menyimpang, pent) kau benci dia karena Allah juga. Sesungguhnya cinta kepada Allah dan Rasul-Nya (wajib) diutamakan diatas segala kecintaan.
Saya mohon kepada Dzat yang tidak ada sesembahan yang benar kecuali Dia untuk menunjukkan kita semua jalan yang dicintai dan diridhoi-Nya. Dan semoga Allah mengantarkan kita kepada kebaikan dan ketaqwaan serta menunjukkan kepada para da’i-da’i kondang itu jalan yang dicintai dan yang diridhoi-Nya dan menjadikan mereka pemimpin kebaikan dan penyeru sunnah. Tapi jika dalam ilmu Allah mereka tidak demikian, semoga Allah mempercepat kebinasaan mereka dan meyelamatkan kaum muslimin dari kesesatan mereka. Jazakumullahu khairon
Soal Jawab1. Setiap orang pasti punya kesalahan, mengapa anda mengkhususkan/mengarahkan kritikan itu hanya kepada dai-dai kondang tersebut ? Dan seandainya kita membicarakan setiap orang yang salah maka tidak ada satupun yang luput dari kritikan kita ?!Jawab: Apa yang dikatakan diatas benar bahwa tidak ada seorangpun yang luput dari kesalahan kecuali yang dijaga oleh Allah. Tidak ada seorangpun kecuali dia punya kesalahan, akan tetapi sudah sering saya jelaskan seperti pada waktu membantah Muhsin ‘Awaaji dan selainnya bahwa kesalahan orang itu ada 2 macam:
a. Kesalahan yang bisa dimaklumi yaitu yang berkaitan dengan masalah ijtihad dan orang yang salah tersebut tidak dicela dan tidak dikatakan mubtadi’ bahkan kalau dia (berijtihad -pent) dan benar maka dia mendapat dua pahala dan jika salah maka dia mendapat satu pahala saja.
b. Kesalahan yang tidak bisa ditoleransi yaitu apabila orang itu salah maka wajib dijelaskan (kepada umat -pent) dan jika kesalahannya itu terang-terangan maka wajib dibantah dengan terang-terangan juga. Adapun orangnya, apakah dikatakan sesat atau tidak ? maka telah disebutkan oleh Imam Syathibi yang intinya : Jika kesalahan orang tersebut dalam masalah yang (prinsip) maka dia dikatakan sesat. Ibnu Taimiyah juga berkata yang intinya : Jika kesalahan orang tersebut dalam masalah yang sudah masyhur maka boleh dikatakan sesat. Yang penting, masalah orang itu dikatakan sesat atau tidak itu permasalahan lain yang berkaitan dengan mashlahat dan mafsadat dan lain-lain sebagaimana penjelasan ulama. Apabila kesalahan orang tersebut dalam masalah (yang prinsip) dan yang sudah masyhur maka dia bisa dikatakan sesat dan mubtadi’. Jadi tidak benar kalau ada yang mengatakan (setiap orang pasti pernah salah, maka mengapa kritikan itu hanya ditujukan kepada dai-dai kondang tersebut saja ?!) Sesungguhnya ucapan ini hanyalah mencampur adukan antara yang/benar dan yang batil. Kesalahan orang itu tidak sama seperti yang telah dijelaskan. Dan kesalahan dai-dai kondang itu termasuk kesalahan yang tidak bisa ditolelir seperti seruan salah seorang dari mereka (Salman al-’Audah -pent) untuk mendirikan sekolah-sekolah khusus bagi Rofidha dan menjalin hubungan baik dengan mereka serta disebarluaskan hal ini ditengah masyarakat Ahli Sunnah dan tidak diingkari. Kemudian (perlu ditekankan lagi -pent) bahwa tujuanku dalam pembahasan ini bukan untuk mengumpulkan semua kesalahan mereka akan tetapi ini hanya memaparkan keplin-planan mereka hingga jelas masalahnya bagi pemuda islam mana yang haq dan batil dan supaya semuanya sadar dan memahami kenyataan.
2. Apakah yang telah anda sebutkan itu mencakup semua kesalahan mereka ?Jawab :Telah disebutkan dalam jawaban terhadap soal pertama bahwa aku tidak bermaksud untuk memaparkan semua kesalahan mereka. Tapi aku hanya menjelaskan sebagian keplin-planan mereka meski sudah aku bantah khusus Safar Hawali dalam 2 kaset dan insya Allah aku akan bantah Salman al-’Audah, Nashir Umar dll dalam kesempatan lain. Semoga Allah mentakdirkan kebaikan kepada kita semua.
3. Bukankah para dai-dai kondang tersebut mempunyai kebaikan-kebaikan ?! mengapa mereka dibantah sedang mereka itu mempunyai kebaikan-kebaikan?Jawab :Pertanyaan ini sering diulang-ulang dan kita dengar dari sebagian pemuda Islam, mereka berkata : Sesungguhnya si Fulan itu mempunyai banyak kebaikan maka mengapa dia dibantah ? maka (kita jawab) : Tidak seorangpun kecuali dia mempunyai kebaikan-kebaikan bahkan Imam Ibnu Qayyim menyebutkan bahwa iblis juga memiliki kebaikan-kebaikan. Jadi setiap orang pasti punya kebaikan-kebaikan, Ahli bid’ah yang dibantah oleh para Imam-imam Ahli Sunnah mereka juga punya kebaikan-kebaikan, contoh Hasan bin Sholeh bin Huyai adalah seorang yang terkenal dengan ilmu hadits dan fiqh serta terkenal dengan ibadahnya sampai dikatakan bahwa jika dia berdiri untuk sholat seolah seperti sebatang kayu karena khusu’ dalam beribadah meskipun demikian Imam Sufyan bin Masruq Ats-Tsauri dan Imam Ahmad menyatakan dia itu sesat. Tidak ada seorangpun dari para imam-imam itu yang mengatakan dia kan punya kebaikan-kebaikan, mengapa kok dibantah ?. Jadi untuk membantah syubhat ini kita katakan :
a. Kita hanya mengikuti para salaf / pendahulu kita yang shaleh dan tidak mengada-ada. Para salaf kita telah membantah banyak orang (yang menyimpang -pent) dan tidak mencegah para Imam salaf tersebut kebaikan-kebaikan orang tersebut. Bahkan mereka bantah semuanya sesuai dengan kadarnya. Siapa saja yang kesalahannya sampai kebatas pembid’ahan maka mereka membid’ahkannya dan siapa saja yang kesalahannya sampai ketabdi’ (Pembid’ahan) maka merekapun menggelari orang tersebut mubtadi’(Ahli bid’ah). Tidak ada seorangpun diantara imam-imam itu berdalih (jangan kau bantah dia, dia kan punya banyak kebaikan.) Kami adalah pengikut mereka para imam-imam salaf bukan pengada-ada.
b. Seandainya kita mengambil kaidah mereka yang tersebut diatas maka tidak ada satupun yang boleh dibantah (meskipun orang kafir) karena mereka semua punya kebaikan-kebaikan, karena Allah tidak menciptakan kejelekan yang murni (100%-pent) sebagaimana yang dikatakan oleh Imam Abul Abbas Ibnu Taimiyah dan muridnya Imam Ibnul Qoyyim, “Sesungguhnya Allah tidak menciptakan kejelekan secara murni.” Setiap kejelekan pasti ada kebaikannya, tapi kebaikan yang ada tersebut tidak bisa mencegah kita untuk membantah mereka !!!!
c. Jika engkau telah melihat kepada kebaikan-kebaikan mereka dan membenarkannya maka lihat juga kesalahan-kesalahannya yang jelas dan terang serta kasihilah umat Muhammad yang tertipu dengan kesalahan-kesalahan mereka itu lalu mengikutinya. Wajib bagi seorang muslim untuk berpandangan luas dan melihat sesuatu itu secara keseluruhan dan tidak sebagian kecilnya saja. Seorang yang sehat tapi tangannya itu mengalami penyakit (yang berbahaya) yang harus diamputasi lalu diputuskan untuk diamputasi demi kebaikannya, ini adalah suatu yang baik dan adil yaitu melihat sesuatu dengan pandangan menyeluruh (meski diamputasi tangannya) tapi maslahatnya untuk yang lainnya (biar tidak menjalar -pent). Kalau kita merasa kasihan kepada para dai-dai kondang itu karena banyaknya kebaikan-kebaikan mereka demikian pula kita juga melihat dengan pandangan yang luas serta kasihan kepada umat Muhammad khususnya para pemuda islam yang mengikuti mereka dan tergelincir dalam keplin-planan dai-dai tersebut serta bingung dan goncang. Dan yang sangat disayangkan ada sebagian pemuda yang mengikuti mereka kemana mereka pergi ketimur maupun kebarat (tanpa dipikir dahulu -pent).
Walaupun alhamdulillah mereka ini jumlahnya tidak terlalu banyak. Sesungguhnya aku wasiatkan kepada para pemuda Islam agar mereka melihat dengan akal pikiran mereka serta memikirkan nasibnya kelak di akhirat. Dan agar mereka ingat bahwa kecintaan mereka (dahulu -pent) terhadap dai-dai kondang tersebut karena Allah dan karena dai-dai kondang tersebut menjalankan agama, oleh karena itu jika nampak penyimpangan mereka terhadap agama Muhammad r maka kita benci mereka juga karena Allah.
4. Sesuai dengan perkataan anda yang menyatakan bahwa rekomendasi (para ulama terhadap) dai-dai kondang tersebut sekarang tidak berlaku -pent) apakah berarti rekomendasi para ulama itu tidak bisa dijadikan sandaran/bahan perhitungan ?Jawab :Tidak demikian, Bukanlah maksud ucapanku diatas bahwa rekomendasi ulama tidak diperhitungkan. Bahkan rekomendasi mereka itu adalah sandaran yang bisa dijadikan hujjah. Akan tetapi ucapanku diatas khusus bagi mereka yang dulu diberi rekomendasi oleh para ulama (lalu mereka berubah -pent) dan nampak penyimpangan mereka yang mengharuskan untuk dibantah. Tazkiyah / rekomendasi ulama bukanlah pencegah dari membicarakan/membantah orang yang menyimpang.Semoga Allah memberi taufiq kita semua kepada apa yang Dia cintai dan ridhai. Dan semoga Allah menampakkan kepada kita yang benar itu benar serta mengarahkan kita untuk mengikutinya dan menampakkan yang batil itu batil serta mengarahkan kita untuk menjauhinya. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad.

Maraji':Transkrip Ceramah / Lihat majalah Adz-Dzakhirah edisi 12 thn II

Tidak ada komentar: